Saturday, June 27, 2020

Survei penerimaan di Indonesia memberi harapan kepada komunitas LGBT


Liputan terkini-Sebuah survei baru-baru ini tentang penerimaan homoseksualitas di Indonesia telah memberi para aktivis gay dan HAM harapan untuk masa depan di mana komunitas lesbian, gay, biseksual dan transgender (LGBT) dapat hidup tanpa takut akan penganiayaan.

Pew Research Institute yang berbasis di Amerika Serikat mensurvei 38.426 responden di 34 negara dari Mei hingga Oktober tahun lalu dan menemukan bahwa 9 persen orang Indonesia sepakat bahwa homoseksualitas harus diterima oleh masyarakat, meningkat dari hanya 3 persen pada 2013.

Meskipun angka rendah, aktivis LGBT terkemuka Hartoyo tetap optimis, melihat pertumbuhan dari 2013 sebagai tanda bahwa mereka yang mendukung orang-orang LGBT tidak tetap diam.

Meskipun jumlahnya masih kecil, saya sangat percaya bahwa mereka adalah pembuat perubahan," katanya kepada The Jakarta Post, Jumat.

Saya sangat optimis karena tidak ada alasan mendasar untuk menolak keberadaan komunitas LGBT sebagai manusia," katanya, mengutip gerakan global dalam mendukung orang LGBT sebagai faktor pendukung.

Mungkin suatu hari, kita bisa mencapai rasio 40:60 di mana 40 persen mendukung orang-orang LGBT. Tapi 40 persen itu akan menjadi orang-orang yang membuat keputusan untuk negara ini. Juru kampanye dan cendekiawan LGBT, Dede Oetomo juga mengaitkan meningkatnya toleransi masyarakat terhadap gerakan. datang dari latar belakang yang berbeda, menyebutkan pengkhotbah progresif, cendekiawan dan seniman, di antara kelompok-kelompok lain.

Saya berterima kasih kepada sekutu [LGBT] karena bergabung dengan perjuangan kami untuk penegakan hak asasi manusia dan keanekaragaman," katanya kepada Post. "Dan untuk publik, jangan menumbuhkan kebencian terhadap seseorang hanya karena mereka berbeda darimu, baik dalam hal etnis, agama, orientasi seksual, atau identitas dan ekspresi gender."

AGEN POKER

Aktivis Human Rights Watch Andreas Harsono juga memuji gerakan dari komunitas LGBT itu sendiri sebagai faktor pendorong di belakang meningkatnya penerimaan publik.

"Saya percaya bahwa merekalah yang memberikan pendidikan publik yang dilaksanakan dengan baik, bukan pemerintah," kata Andreas kepada Post, Sabtu.

Dia juga menghubungkan peningkatan ini dengan generasi yang lebih muda, mengutip penelitian 2018 dari Saeful Munjani Research Institute menunjukkan bahwa responden yang berusia di bawah 25 tahun lebih menerima terhadap anggota keluarga LGBT

0 comments:

Post a Comment