Tuesday, January 7, 2020

Kelangkaan jagung membayangi peternak unggas di Blitar


Liputan terkini-Hujan ekstrem yang melanda banyak bagian negara termasuk Blitar, Jawa Timur dalam beberapa bulan terakhir telah membuat peternak ayam di kabupaten khawatir karena hujan telah menyebabkan kelangkaan jagung lebih lanjut, yang digunakan untuk pakan ayam.

Sukarman, kepala koperasi lokal Koperasi Putera di Blitar, mengatakan harga jagung mulai melonjak dalam beberapa pekan terakhir, mencapai Rp 4.800 (US $ 0,35) per kilogram, Rp 800 lebih tinggi dari harga yang ditetapkan pemerintah untuk peternak unggas.

"Harga jagung terus meningkat, namun harga telur terus anjlok," katanya kepada The Jakarta Post pada 2 Januari.

Menurut peraturan Departemen Perdagangan, telur ayam harus dihargai di suatu tempat antara Rp 19.000 dan Rp 21.000 per kilogram. Telur ayam saat ini dijual dengan harga Rp 19.400 per kilogram di wilayah itu, di bawah batas atas harga, kata Sukarman.

"Kami masih mendapat untung pada harga telur saat ini, tetapi kami khawatir harga akan turun lebih jauh pada bulan ini," katanya, menambahkan bahwa harga telah melambung sebelum Natal, tetapi dengan cepat turun tiga hari setelah hari suci. .

Untuk memperburuk situasi ini, Sukarman mengatakan para peternak unggas di wilayah tersebut juga kesulitan menemukan jagung di pasar, sehingga lebih sulit bagi mereka untuk memberi makan ayam mereka. Jagung menjadi semakin langka karena beberapa petani telah beralih ke tanaman lain seperti beras menjelang musim hujan, katanya.

Kekeringan yang berkepanjangan akhir tahun lalu juga mempengaruhi produktivitas peternak unggas di Blitar, dengan penurunan yang tercatat dalam kualitas dan kuantitas telur ayam selama beberapa bulan terakhir.

Blitar menyumbang 50 persen dari produksi telur ayam di Jawa Timur, dengan 18 juta ayam menghasilkan 155.802 ton telur pada tahun 2018. Jawa Timur berkontribusi 30 persen untuk produksi telur nasional.

Peternak unggas di wilayah tersebut membutuhkan antara 1.500 dan 2.000 ton jagung per hari untuk memberi makan ayam mereka dan mempertahankan produktivitas mereka.

Pada Oktober 2018, peternak unggas melakukan protes besar-besaran di wilayah itu ketika harga jagung dan telur masing-masing mencapai Rp 5.500 dan Rp 15.000 per kilogram. Lusinan dari mereka juga melakukan protes serupa di depan Istana Negara di Jakarta.


Kepala Dinas Peternakan Blitar Adi Andaka mengatakan kenaikan harga jagung merupakan masalah yang dihadapi oleh peternak unggas setidaknya setahun sekali, terutama selama musim hujan.

"Apa yang sebenarnya lebih mengkhawatirkan daripada harga jagung adalah ketersediaan jagung itu sendiri," kata Adi, sambil mendesak pemerintah pusat untuk mengambil tindakan cepat untuk mencegah kelangkaan lebih lanjut





0 comments:

Post a Comment