Liputan terkini-Indonesia dilaporkan termasuk di antara negara-negara dengan tingkat kematian COVID-19 tertinggi di antara anak-anak, melampaui Amerika Serikat, negara yang paling parah terkena pandemi di dunia. KawalCOVID-19, sebuah kelompok relawan yang secara independen mencatat jumlah kasus virus dan
kematian di Indonesia, mencatat case fatality rate (CFR) pada anak-anak, atau orang berusia 17 tahun ke bawah, saat ini 0,9 persen, atau 45 kali lebih tinggi daripada di Amerika Serikat yang berada pada 0,02 persen. CFR didefinisikan sebagai proporsi infeksi yang menyebabkan kematian. Co-founder
KawalCOVID-19 Ainun Najib mengatakan, menurut data satuan tugas COVID-19 nasional, CFR pada anak-anak Indonesia usia 0-17 tahun adalah 0,9 persen.Sebagai perbandingan, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) AS melaporkan pada Kamis bahwa 0,02 persen dari semua kasus COVID-19
pada anak mengakibatkan kematian, atau 82 anak telah meninggal dari total 355.123 kasus COVID-19 pada anak-anak berusia 0-7 tahun. 17 tahun di AS. Menurut data yang dihimpun oleh Johns Hopkins University, AS masih menjadi episentrum virus corona dunia dengan lebih dari 6,1 juta kasus dan 185.000
kematian, sedangkan Indonesia mencatat lebih dari 184.000 kasus dan 7.700 kematian. Dalam keterangan terpisah yang dikeluarkan Senin, Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) mencatat angka di negara itu lebih tinggi dari angka di China dan Italia yang masing-masing berada di bawah 0,1 persen, serta Eropa yang
angka itu 0,3 persen. Persentase kematian anak per total kematian akibat COVID-19 juga tinggi di Indonesia. Anak-anak menyumbang 1,9 persen dari semua kematian akibat COVID-19 di mana usia korban diberikan, yang melebihi 7.000 pada hari Kamis, data resmi menunjukkan. Kematian anak-anak
di AS, sementara itu, hanya menyumbang 0,06 persen dari 136.683 kematian akibat COVID-19, CDC melaporkan. Ketua IDAI Aman Bhakti Pulungan mengatakan sebagian besar kematian anak di negara itu terjadi karena keterlambatan pengobatan dan faktor komorbiditas. Aman mengatakan, karena gejala
COVID-19 bisa mirip dengan penyakit lain yang umum dialami anak-anak, seperti diare dan pneumonia, dan karena kurangnya kesadaran, di antara faktor-faktor lain, kasus-kasus tersebut akhirnya diperlakukan seperti penyakit lain.
0 comments:
Post a Comment